Kata Penyemangat Yang Berdampak Negatif

Penulis : Yuni Yarti, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Fenomena di masyarakat yang sering memberikan kata-kata penyemangat yang positif kepada teman yang sedang menghadapi masalah adalah suatu hal yang lazim ditemukan. Tapi apakah kata-kata positif tersebut akan selalu berdampak positif pula?

Ternyata tidak semua kalimat positif itu akan memberikan semangat bagi orang lain loh, malah justru akan membuat seseorang muak dan memperburuk situasi, nah kondisi ini lah yang disebut Toxic Positivity. Kalimat atau ujaran positif ini ternyata memiliki dampak negative, terutama jika kalimat tersebut ditujukan kepada orang yang berpenilaian diri rendah.

Kenapa bisa kalimat potif justru menjadi toxic?

Kalimat positif yang tidak realistis, terkadang kalimat positif tersebut tidak realistis. Toxic positivity yang kita terima pada saat mengalami keterpurukan hanya akan membuat kita berada dalam kebahagiaan yang sementara atau justru membuat kita menjadi orang yang tidak bisa menerima keadaan atau kenyataan.

Stigma bagi orang yang menunjukkan perasaan nya, melalui toxic positivity yang diberikan juga bisa menjadi stigma loh bagi orang yang menunjukkan perasaannya. Orang yang menunjukkan perasaannya akan dicap cemen, lemah dan sebagainya. Padahal gak salah kok kalau seseorang menunjukkan perasaannya.

Perasaan seseorang tidak tervalidasi, orang-orang hanya akan menuntut kita hanya untuk merasakan emosi positif dan tidak mengacuhkan emosi negatif. Padahal ada kalanya kita sebagai manusia merasakan emosi negatif dan perlu bagi kita untuk memvalidasinya.

Akibat Toxic Positivity, emosi negatif yang selalu ditekan menjadi emosi positif akan menyebabkan seseorang mencari pelarian yang tidak sehat, misalnya berperilaku agresif dan impulsive. Emosi negarif yang diacuhkan dan dibiarkan saja hanya akan tersimpan dan bisa meledak suatu saat karena tidak mengalami penyelesaian. Selanjutnya, emosi negatif yang diabaikan ini akan berkumpul dan bisa menyebabkan gangguan psikis seperti depresi.

Hal yang bisa dilakukan untuk menghindari Toxic Positivity; menjadi pendengar yang baik dengan memberikan perhatian penuh pada saat temanmu curhat dan yakinkan temanmu bahwa kamu menghargainya; berempatilah kepada temanmu dengan memberikan kalimat validasi untuk perasaannya seperti “kamu pasti terpuruk banget ya gara-gara masalah ini”; cari tahu apa yang diharapkan temanmu setelah ia bercerita kepadamu.

Apakah ia perlu bantuan berupa solusi dari kamu atau cukup mendengarkan dia saja; alih-alih membandingkan masalahmu dengan temanmu tanpa diminta, lebih baik kamu ajak temanmu jalan-jalan atau mencari udara segar agar perasaanya membaik.

Ada kalanya kita berusaha untuk berempati kepada seseorang yang sedang mengalami masalah, namun tetap ingat ya. Tidak semua masalah itu membutuhkan kata-kata positif saja, oh iya stop menjadi teman yang menjadi Toxic Positivity ya!

Posting Komentar

0 Komentar