"Ehmm Angel" ! Mantan Stap BPKAD Prabumulih Pamit Mendapat Luka, Ini Kronologisnya

PRABUMULIH,PUBLIKZONE – Momen berpamitan seharusnya menjadi ruang untuk berterima kasih, bersilaturahmi, dan menutup masa tugas dengan elegan. Tapi tidak bagi NT, seorang tenaga honorer yang kini menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Dinas Pendidikan Kota Prabumulih. Alih-alih mendapat pelukan perpisahan, NT justru pulang dengan mata sembab dan hati tergores.

Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 16 Juli 2025. NT mendatangi kantor lamanya di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Prabumulih untuk menyerahkan dokumen dari instansi barunya, serta berpamitan secara resmi kepada jajaran pimpinan dan rekan kerja yang telah bekerja bersamanya selama enam tahun.

Namun, niat tulus itu justru berubah menjadi pengalaman yang NT gambarkan sebagai “merendahkan dan menyakitkan.”

Dari Salam yang Tak Dijawab hingga Pintu yang Diduga Ditahan

Bermula pada pukul 13.30 WIB, NT tiba di kantor BPKAD dan sempat menunggu pegawai akuntansi untuk menyerahkan berkas. Setelah urusan administrasi rampung, ia bermaksud menemui pimpinan untuk berpamitan. Sayangnya, Sekretaris BPKAD sedang rapat. NT kemudian mencoba menemui Kepala BPKAD, inisial WG, yang menurut pengakuannya, saat itu sedang makan siang dan kemudian berpindah ke ruang Kasubbag Perencanaan.

“Saya tunggu sampai hampir jam empat sore. Karena tidak ada kesempatan bertemu, saya inisiatif mengetuk pintu ruangan. Saya ucapkan salam berkali-kali. Tidak ada jawaban,” ucap NT saat diwawancarai media, malam harinya. Suaranya bergetar, tangisnya pecah kembali mengenang kejadian tersebut.

Menurutnya, pintu ruangan yang biasa digeser itu tidak terkunci secara teknis, namun ia menduga pintu sengaja ditahan dari dalam. Hal itu memperparah rasa tidak dihargainya.

“Saya yakin ada orang di dalam. Tapi pintu seperti ditahan. Saya merasa tidak diinginkan berada di situ,” kata NT.

Merasa masih ingin menyelesaikan niat pamitnya, NT akhirnya melihat Kepala BPKAD kembali ke ruangannya. Ia mendekat, berharap bisa menyapa dan menyampaikan terima kasih. Tapi respons yang didapat malah semakin menggores perasaannya.

“Beliau cuma bilang, ‘Ya… kenapa?!’ dengan nada tinggi. Saya bilang mau izin. Dia jawab, ‘Emmh, iya,’ lalu diam saja,” ujar NT sambil sesenggukan, menahan tangis di depan pewarta.

Ia mengaku tidak dipersilakan duduk, tidak diberi kesempatan berbicara, bahkan tidak disambut dengan kalimat pamungkas yang biasa muncul dalam perpisahan antar kolega. NT hanya berdiri, membeku, tertekan.

“Bukan hanya tidak diberi ucapan, saya bahkan tidak diberi ruang untuk sekadar pamit secara layak,” ungkap NT.

Diam  dan Bungkamnya  Pejabat cerminan personal dibalik pelayanan dan profesionalitas 

Hingga berita ini diterbitkan, media telah berupaya menghubungi Kepala BPKAD Kota Prabumulih, WG, melalui pesan WhatsApp pada Kamis (17/7). Pesan terlihat sudah dibaca, terbukti dari tanda centang biru, namun tak ada balasan yang diberikan. Diam ini kian mempertegas kebuntuan komunikasi yang sejak awal terasa di antara keduanya.

Perlakuan yang diterima NT bukan sekadar soal etika personal, melainkan cermin dari bagaimana birokrasi memperlakukan bawahannya. Banyak tenaga honorer dan PPPK di Indonesia seringkali merasa tidak diakui kontribusinya, bahkan saat mereka berpindah tugas atau naik jenjang.

“Ini bukan soal jabatan. Ini soal kemanusiaan. Saya hanya ingin pamit. Tidak lebih,” tutup NT lirih.

Kisah ini mengungkap luka tersembunyi di balik dinding-dinding birokrasi yang kadang terlalu kaku dan tak berperasaan. Perpisahan seharusnya menjadi perayaan atas pengabdian, bukan justru menjadi arena pelecehan emosional yang membekas dalam.

Jika benar adanya bahwa pintu ditahan, salam tidak dijawab, dan seorang pegawai dipermalukan hanya karena berpamitan, maka bukan hanya soal etika yang dipertaruhkan, melainkan harga diri institusi itu sendiri. Apakah BPKAD Prabumulih akan tetap diam? Atau justru melakukan klarifikasi untuk menjaga marwah kelembagaan?

Waktu dan sikap akan menjawabnya.(Continue... SMSI Prabumulih)

Posting Komentar

0 Komentar