Siapa Bilang Kesehatan Mental Itu Tidak Penting?

Penulis : Putri Dinda Sabilla, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Kebanyakan remaja berasumsi bahwa sehat hanya sekedar kondisi fisik yang prima dan bebas dari penyakit, padahal makna dari sehat itu sendiri jauh lebih luas. Sejatinya, sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisik, jiwa, maupun sosial. Jika semua kriteria sehat itu terpenuhi, maka setiap individu dapat hidup lebih produktif.

Hal yang paling mendasar untuk mencapai hidup secara produktif adalah kesehatan mental. Jika kesehatan mental seseorang terganggu, maka ia akan mengalami suasana hati yang tidak baik, tidak mampu berpikir positif, dan memiliki kendali emosi yang buruk. Sedangkan individu yang sehat jiwanya, mereka akan lebih mudah menikmati kehidupan dan menghargai orang disekitarnya.

Persoalan kesehatan jiwa seringkali dikaitkan dengan kehidupan remaja. Study WHO (World Health Organization) menyebutkan, generasi milenial lebih rentan terkena gangguan mental, karena dimassa ini mereka sedang menjalani fase perubahan dan penyesuaian diri baik dari segi psikologis, emosional, maupun finansial. 

Selain fase hidup yang harus dihadapi, teknologi juga mempengaruhi psikologis para remaja. Penggunaan media sosial yang salah, dapat merusak kesehatan mental secara perlahan. Dewasa ini, sebagian remaja lebih banyak mengahabiskan waktunya dengan bermain game daripada mencari informasi yang bermanfaat.

Disaat itulah permasalah kesehatan mental mulai muncul, remaja milenial mulai sering marah-marah, emosi dan juga berbicara hal yang tidak wajar saat game yang mereka mainkan itu kalah atau tidak sesuai yang mereka inginkan. 

Menurut survey yang dilakukan oleh WHO, Penyakit mental sering terjadi pada masa remaja. Terdata, 20 persennya didominasi oleh kalangan remaja dan anak anak, dan lebih dari 800.000 orang setiap tahunnya mati karena bunuh diri. Bunuh diri akibat depresi menjadi penyebab kematian terbesar ke 2 pada usia 15-29 tahun. 

Merujuk data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi penderita skizofrenia atau psikosis sebesar 7 per 1000 dengan cakupan pengobatan 84,9 %. Sementara itu, prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari 15 tahun sebesar 9,8 %. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6 %.

Oleh karena itu persoalan kesehatan mental harus benar benar diperhatikan.  Upaya pencegahan dan pengendalian terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan metode promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sebagai langkah pencegahan dapat dimuali dengan memikirkan hal-hal yang positif, berpatisipasi aktif dalam pergaulan dengan aktivitas yang disenangi, membantu orang lain dengan ikhlas, bertukar pendapat dengan orang terhadap masalah yang dihadapi, tidur dan istirahat yang cukup, olahraga yang rutin, batasi konsumsi minuman beralkohol bagi yang mengkonsumsi, dan segera ke dokter apabila terdapat gejala gangguan mental.

Inilah alasannya mengapa kesehatan mental itu penting untuk dijaga. Untuk itu mari kita bersama-sama saling mendukung satu sama lainnya untuk menjauhkan dari berbagai gangguan kesehatan mental. Jadilah agent of change dan social control untuk diri kita sendiri dan tentunya orang lain.

Posting Komentar

0 Komentar